Indahnya Persaudaraan Islam


Persaudaraan adalah mukjizat, wadah yang saling berikatan
Dengannya Allah persatukan hati-hati berserakan
Saling bersaudara, saling merendah lagi memahami
Saling mencintai, dan saling berlembut hati
-Sayyid Quthb-

Pernahkah engkau merindukan seseorang seperti rindumu pada kakak maupun adik kandungmu? Jika ya, itulah kekuatan persaudaraan dalam islam, yang lebih dikenal dengan ukhuwah islamiah. Begitu indah dan menyejukkan. Meski tak memiliki hubungan darah namun hati selalu saja merindu untuk saling berjumpa, bersua, bertukar cerita ataupun hanya sekedar saling menanyakan kabar.

Saat berjumpa saling berjabat tangan erat dan ‘cipika-cipiki’. Rasanya sungguh tak ingin berpisah. Di saat memandangnya ada rasa damai yang menyelimuti hati. Mendengar nasehatnya membuat tak ingin beranjak, ingin selalu berdampingan dengannya agar selalu mendengar nasehat darinya sehingga diri ini selalu berusaha menjadi yang terbaik. Sungguh tak ingin hati ini bila perjumpaan itu hany sesaat sehingga harus segera berpisah. Begitu dahsyatnya kekuatan sebuah ukhuwah. Kekuatan yang muncul karena iman yang membuncah dalam dada.

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara” (Q.S.Al-Hujurat [49] : 10)
Selalu ada rasa rindu dalam dada untuk segera bersua dengan saudara-saudara seiman. Saling berkirim doa agar selalu berada dalam lindungan-Nya serta saling ingat dalam setiap rabithah pagi dan sore. Saling menjaga aib saudara kita dan tulus bersama dalam suka maupun duka. Sebuah kisah yang dikutip dari buku Dalam Dekapan Ukhuwah karya Ust.Salim A. Fillah, dari Ibnu Qayyim dalam karyanya, Madarijus Saalikiin, semoga mampu semakin memupuk ukhuwah kita sesama muslim dalam bingkai islam yang indah.
“Alangkah indahnya,”begitu Ibnu Sirin memulai cerita, “Kisah dua orang bersaudara di jalan Allah yang pada mulanya saling mencintai. Lalu hubungan di antara mereka terganggu.

Satu waktu mereka bertemu. “Mengapa kiranya,” tanya lelaki pertama, “Hari-hari ini aku melihatnu seolah engkau berpaling dan menjauhiku?”

“Telah sampai padaku,” jawab orang yang kedua, “Sesuatu tentang dirimu. Dan engkau pasti tak menyukainya.”

“Kalau begitu, aku tak peduli,” lelaki pertama itu tersenyum.

“Mengapa?”

“Karena jika apa yang engkau dengar itu adalah benar sebuah kesalahan yang telah aku lakukan, aku tahu engkau pasti akan memaafkannya. Dan jika berita itu tidak benar, engkau pasti tidak akan menerimanya.”

“Setelah itu,” kata Ibnu Sirin menutup kisah, “Mereka kembali pada ukhuwah yang indah.”

Nah, begitulah kita dalam ukhuwah islam yang indah ini. Saling mengingatkan bila ada yang terlupa. Saling mendukung saat ada yang mendapat musibah. Serta saling memahami saudara kita. Meski bukan ikatan darah, namun ikatan ini jauh lebih erat tertambat dalam hati-hati insaniah yang saling mencintai karena Allah.

Sebuah syair yang dikutip dari Dalam Dekapan Ukhuwah tulisan Ust.Salim A. Fillah :
malam berlalu, tapi tak mampu kupejamkan mata dirundung rindu kepada mereka
yang wajahnya mengingatkanku akan surge wahai fajar terbitlah segera, agar sempat kukatakan pada mereka “aku mencintai kalian karena Allah”
-Umar ibn Al-Khaththab-

Oleh: Reskiyana ‘rhere’ Jodding

LKMAI FP Indahnya Islam 2012

About islami123

jendela islami,. Menggapai Indahnya hidup dengan beribdah dan saling berbagi

Posted on 10 September 2012, in LKMAI Edisi 1, renungan. Bookmark the permalink. 1 Komentar.

Tinggalkan komentar